Psikopat, istilah ini tentu tidak asing di telinga
Anda. Psikopat adalah bentuk perilaku psikologis di mana pelaku kerap
mencari pembenaran diri atas tindakan keliru yang dilakukan. Bahkan,
jika kesalahan tersebut menyakiti hingga melenyapkan nyawa orang sekali
pun.
Sebuah studi di Amerika menemukan bahwa lebih dari 20 persen
narapidana di sebuah penjara menengah setempat merupakan pengidap
psikopati atau psikopat (orang yang mengalami psikopati).Untuk mengetahui penyebab terjadinya psikopati, peneliti menggunakan scan MRI untuk mengamati aktivitas otak lebih dari 120 narapidana di rumah tahanan tersebut. Dari jumlah tersebut peneliti mengelompokkan narapidana dengan tingkat psikopati berbeda, dari tinggi, sedang, dan rendah.
Selanjutnya peneliti menunjukkan beberapa gambar orang yang sedang kesakitan kepada para narapidana tersebut, seperti orang yang sedang terjepit pintu atau tertimpa benda berat. Mereka diminta membayangkan kondisi tersebut jika terjadi pada orang lain.
Peneliti menemukan minimnya aktivitas pada bagian utama otak, termasuk amigdala, sekumpulan saraf seperti almond yang berperan penting dalam pengolahan emosi seperti rasa takut, marah, dan senang pada para narapidana.
“Respons terhambat pada amigdala dan korteks prefrontal ventromedial terbukti sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya tentang psikopati,” ujar pemimpin penelitian, Profesor Jean Decety.
Sebaliknya, aktivitas lebih banyak terlihat pada striatum dan area insula. Tingginya aktivitas pada area insula mengejutkan pada ilmuwan karena bagian otak ini tercatat sebagai daerah pusat emosi.
“Kurangnya empati merupakan karakteristik individu dengan psikopati,” imbuh Decety.
Bruce Perry, MD, Ph.D. seorang pakar psikologi mengatakan, “Orang-orang tidak menyadari bahwa ada ratusan psikopat berjalan di sekitar mereka tapi bukan penjahat.”
“Beberapa menahan diri dari kekerasan, karena mereka bisa mendapatkan apa yang mereka butuhkan tanpa itu, tapi banyak, tentu saja, yang melewati batas dan melakukan tindak kejahatan,” tambah Perry seperti dikutip healthyliving. (dan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar